Search This Blog
Sunday, August 15, 2010
BESIDE – NEW COLONY (New Single)
BESIDE – NEW COLONY (New Single)
Mereka bangkit dari duka untuk membuat sebuah koloni baru
“We are a new blood, we are a new breathe, we are the new colony,
Burning me, fuck you… Our name is BESIDE !!”
Beside – New Colony
Itulah kutipan dari lirik lagu Beside sekaligus single terbaru mereka yang berjudul New Colony, setelah sebelumnya mengecap kesuksesan dengan album perdana mereka yang berjudul Against Ourselves yang dirilis oleh Absolute Records pada tahun 2008 lalu, tahun 2010 ini mereka hadir kembali dengan single terbaru mereka yang berjudul New Colony.
Dengan semangat baru Beside yang masih terdiri dari Akew (gitar), Owang (vokal), Beby (drum), Panneu (bass), dan Ichad (gitar) bangkit dan kembali merepatkan barisan mereka menuju garda musik metal paling depan di tanah air. Hal tersebut mereka tunjukan dengan single terbaru mereka yang berjudul New Colony, sebuah single yang memberikan nuansa baru dalam peralihan musik Beside yang selama ini terkenal dengan melodic death metal, namun dalam single ini mereka tampak lebih explore dengan sound gitar yang lebih tajam, melodi gitar yang lebih rapat, ketukan drum yang hyper dan vokal yang lebih extreme dari materi album mereka sebelumnya. Sebuah komposisi dan materi yang saya nilai sangat cerdas, sehingga warna musik mereka menjadi lebih extreme fucking metal.
Saya jamin kalian akan lebih banyak ikut headbang, sing along sambil finger pointing ketika kalian berada di moshpit area ketika lagu ini dimainkan, ketimbang violence dancing tidak jelas.
www.myspace.com/besidemetal
Labels:
interview artist and band,
News,
single review
Thursday, August 12, 2010
ZOMBIES DAYLIGHT
ZOMBIES DAYLIGHT
“We are ZOMBIES DAYLIGHT from the City Of Heroes is ready to burn the stage and chasing our dream for a better life"
Pada akhir Juni tahun 2009 lalu, saat itu Bima (guitar) mengajak Amir dari (Blingsatan) untuk membentuk sebuah band yang (bersifat Side Project) dengan mengambil garis besar dari musik pop-punk seperti Fall Out Boy, Four Year Strong, Set Your Goals, etc. Amir merekomendasikan Zack (Blingsatan, Crucial Conflict) untuk menjadi vokalis. Then, yeah! Zack joined up the team.
Sementara itu, personil mereka hanya bertiga dan berkonsep dengan menggunakan additional bassist dimana hanya akan tampil pada saat live show. Nama band mereka pada saat itu adalah Long Live Indiana. Ketika itu mereka mulai mengolah komposisi musik yang sudah tertancap lama di dalam kepala Zack. Seiring berjalannya waktu, Amir memiliki kesibukan yang sangat padat, akhirnya pada posisi drum digantikan oleh Dandu (Devadata). Mereka bertiga terus mengolah lagu-lagu yang sudah dibuat sebelumnya.
Mereka pun memutuskan untuk mengganti nama band mereka menjadi Zombies Daylight nama band yang lebih catchy dibandingkan dengan nama yang sebelumnya. Selain itu, konsep dari nama band mereka cukup mendeskripsikan bahwa Zombies merupakan mayat hidup yang akan tetap berjalan ke depan dan melawan tanpa putus asa meski rintangan menghadang. Mereka akhirnya menyadari membutuhkan seorang bassist permanent di band untuk mengisi kekosongan di band dan akhirnya mereka menemukan Andrew (Depo Sampah), dan finally they are decided for the lined up of Zombies Daylight are Zack (vocal), Bima (guitar), Dandu (drum), dan Andrew (bass).
www.myspace.com/zombiesdaylight
RECYCLE EXPERIENCE (REEXP) “POP CULTURE & TOYS ART MOVEMENT”
RECYCLE EXPERIENCE (REEXP) “POP CULTURE & TOYS ART MOVEMENT”
“…kami menerjemahkan karakter imajinasi yang kerap hidup di alam bawah sadar kami, yaitu berupa sosok-sosok karakter robotik, yang biasa kami sebut sebagai ‘Character Robotic Imagination’…”
Photo: Adiasa
Ketertarikan Evan Driyananda & Attina Nuraini terhadap dunia Pop Culture & Toys Art Movement, mereka tuangkan ke dalam karya-karya yang sangat brillian dan imajinatif. Karya-karya mereka yang sebagian besar terbuat dari media found object sampah non organic, yang menjadi media utama mereka dalam penciptaan karya-karyanya ini mereka ubah menjadi karya yang berbau “Character Robotic Imagination“.
Dalam kesempatan kali ini saya berkesempatan untuk mewawancarai mereka berdua, berikut hasil obrolan saya bersama Evan Driyananda & Attina Nuraini dari RECYCLE EXPERIENCE (REEXP).
Apa sih yang melatarbelakangi terbentuknya Recycle Experience ini?
RECYCLE EXPERIENCE (REEXP) adalah personal art project dari kita berdua (Evan Driyananda & Attina Nuraini), yang penciptaannya didasari oleh ketertarikan yang sama yaitu pada Pop Culture & Toys Art Movement. Disini Evan melakukan rekonstruksi ulang pada beberapa media found object sampah non organik, yang menjadi media utama yang digunakan oleh REEXP dalam penciptaan karya-karya “Character Robotic Imagination“ nya. Sedangkan Attina melakukan pengembangan dan mengaplikasikan kembali sosok-sosok character robotik tersebut ke beberapa media lain.
Kebanyakan karya yang dibuat menyerupai figure sebuah robot, kenapa robot yang dipilih?
Dalam penciptaan karya REEXP, kami menerjemahkan karakter imajinasi yang kerap hidup di alam bawah sadar kami, yaitu berupa sosok - sosok karakter robotik, yang biasa kami sebut sebagai “Character Robotic Imagination“ maka, sosok-sosok itu lah yang kerap hadir pada setiap karya-karya kami selama ini, karena mereka lah yang selama ini menjadi sosok karakter imajinasi bagi kami.
Kenapa kalian mendaur ulang kembali limbah yang sudah tidak terpakai?
Kami menyukai mainan, dan ingin berkarya dengan menjadikan mainan-mainan tersebut sebagai sebuah inspirasi. Kebetulan pada saat kami mulai berkarya dalam REEXP pada saat itu sedang marak permasalahan pembuangan sampah di kota kami, yang akhirnya melahirkan sebuah ide untuk berkarya menggunakan media sampah an-organik. Sekaligus ingin menciptakan pula sebuah alternatif berkarya seni, bahwa untuk menciptakan sebuah karya seni tidak selamanya harus mengeluarkan biaya yang besar.
Apakah ini salah satu bentuk kampanye kalian terhadap global warming?
Pada dasarnya REEXP adalah art project kami, tapi ternyata secara tidak langsung art work yang kami ciptakan dapat pula dijadikan sebagai sebuah pembelajaran dan gagasan dalam pelestarian lingkungan melalui media seni visual. Mungkin itu yang menjadi salah satu point plus untuk keberadaan art work yang kami ciptakan. Untuk isu global warming, ya kita sebagai penghuni bumi mau tidak mau setidaknya harus ikut andil dalam misi pencegahan memburuknya kondisi tempat tinggal kita, kami sangat tidak mengharapkan jika cerita dalam film “Wall-E” pada akhirnya menjadi sebuah kenyataan. Ha..ha... Kami berfikir untuk memulainya dari memperhatikan beberapa hal kecil yang ada di sekitar.
Ada tujuan khusus kenapa limbah-limbah tersebut didaur ulang kembali sehingga menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis?
Seperti yang kami jelaskan sebelumnya bahwa kami ingin karya-karya kami ingin menjadi sebuah inspirasi dan juga sebagai penciptaan sebuah alternatif berkarya seni, bahwa untuk menciptakan sebuah karya seni tidak selamanya harus mengeluarkan biaya yang besar. Tetapi kita dapat berkarya dengan memperhatikan berbagai hal-hal kecil yang ada di sekitar kita.
Biasanya ide-ide untuk membuat sebuah karya itu didapatkan dari mana saja?
Inspirasi utama kami peroleh dari keberadaan mainan-mainan di dunia ini, karena menurut kami mainan adalah sebuah perlambangan dari kebahagiaan. Tanpa kita sadari sebenarnya semua orang itu memiliki mainan menurut pengertiannya masing-masing. Sedangkan untuk mengembangkan hasil karya kami lebih cenderung, melihat, mencari dan menemukan sesuatu dari berbagai hal yang sangat dekat dengan kehidupan kami, yang bahkan terkadang hal-hal itu pun mungkin luput dari perhatian orang lain. Kami lebih tertarik untuk menjadikan berbagai hal-hal kecil tersebut sebagai bagian dari inovasi dalam pengembangan karya-karya kami. Sering kali kami mendapatkan ide dalam berkarya, dari berbagai perbincangan ringan dengan orang-orang yang kerap kami temui di kehidupan sehari-hari, seperti perbincangan kami dengan seorang penjual gulali yang bekerja dengan mesin antiknya, juga kegemaran kami mengunjungi tempat-tempat yang menjajakan mainan kaki lima. Dari berbagai hal seperti itu akhirnya kami mendapatkan pembelajaran untuk terus mengembangkan hasil karya kami.
Kebanyakan karya yang dibuat itu hasil recycle dari limbah yang sudah tidak terpakai lagi, limbah seperti apa sih yang biasa digunakan untuk membuat sebuah karya?
Pada dasarnya media utama yang di gunakan dalam setiap karya-karya REEXP adalah sampah an-organik, yang memiliki masa, kekuatan dan ketebalan tertentu.
Untuk sebuah karya, perlu menghabiskan waktu berapa lama?
Untuk lama penciptaan karya tergantung dari beberapa segi. Mulai dari ukuran, kerumitan, kesesuaian media, pemasangan komponen elektronik hingga konsep karya. Biasanya sekitar satu minggu sampai dua bulan untuk proses penciptaannya.
Kendala yang biasa kalian alami selama proses pembuatan sebuah karya biasanya seperti apa?
Kami harus dapat menyiasati ketika media sampah an-organik yang kami gunakan tidak lagi dalam kondisi yang utuh, di sini kami harus dapat mengubahnya hingga sesuai dengan bentuk yang kita inginkan. Juga, masih banyak orang yang menganggap jenis karya kami, sebagai karya craft dan menyamakannya dengan berbagai kerajinan tangan, berupa benda pakai yang dihasilkan dari barang bekas.
Proses kreatifnya sendiri bagaimana, sehingga bisa menjadi sebuah karya yang utuh?
Teknik yang digunakan dalam proses kreatif adalah teknik potong dan teknik sambung konstruksi, yang dalam proses penciptaannya “Character Robotic Imagination“ tersebut tidak melalui proses sketsa atau desain awal terlebih dahulu, tetapi Evan lebih menuangkan imajinasinya pada saat proses pembuatan karya, dengan mengumpulkan beberapa found object dan merekonstruksinya hingga tercipta sebuah visual akhir karya. Karena banyak melalui proses eksperimen dan eksplorasi dalam penciptaan karya, bahkan terkadang kami tidak mengetahui akan seperti apa wujud akhir dari karya yang sedang kami ciptakakan pada saat itu.
Aliran seni yang kalian anut sebenarnya mengarah ke mana sih?
Secara basic karya instalasi REEXP, lebih mengarah pada Junk art. Namun kami pun mengaplikasikan beberapa karya kami ke dalam media lain, seperti Painting, Drawing, Plush doll, Story and Soundtrack dengan visualisasi cita rasa pop.
Seniman yang banyak memengaruhi dan menjadi influence karya dari Recycle Experience?
He..he... banyak.. mungkin beberapa diantaranya, yaitu Martin Horspool, Tim Noble and Sue Webster, Robert Bradford, Lockwasher, David horvath & Sun Min Kim, Mori Chack, Teruhisa Kitahara, Garry base man, Dr.A, My Tummytoys, Yellow Dino, Poozila monstercitygank, Darbotz, dll.
Sejauh ini sudah berapa karya yang kalian buat?
Wah... sepertinya sampai sekarang baru berjumlah sekitar puluhan buah.
Mungkin pernah ada karya yang memenangkan penghargaan?
Pada tahun 2009 lalu, REEXP mendapatkan penghargaan “Young Change Makers 2009” dari Ashoka Indonesia. Penghargaan 10 fanspages facebook “10 Artist Who Makes Art From Junk”, dari www.greenopolis.com sebuah situs lingkungan yang berbasis di Amerika Serikat. Sedangkan pada pertengahan tahun 2010 ini, kami berkesempatan menjadi salah satu dari 20 finalis Bazaar Art Award, yang diselenggarakan oleh majalah Harpers Bazaar Indonesia.
Pameran terakhir yang kalian ikuti?
Tanggal 14 Juli 2010 kemaren kami mengikuti pameran bersama JSG yang bertempat di Galeri Kita, Bandung.
Pameran berikutnya yang akan diikuti?
Pada tanggal 30 Juli - 1 Agustus mendatang, REEXP akan mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh majalah Harpers Bazaar Indonesia. Sebagai 20 finalis Bazaar Art Award di balroom hotel Ritz Calton, Pasific Place, Jakarta. Dilanjutkan dengan exhibition di Vannessa art link, Jakarta.
Ada rencana membawa karya kalian ini untuk go international?
Tentu saja, untuk yang satu ini kami selalu mengharapkannya. Semoga bisa terjadi dalam waktu dekat ini. Amin...
Pesan-pesan kalian terhadap pecinta seni di luar sana?
Terus warnai dunia dengan menciptakan keajaiban-keajaiban seni
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me
- Social Scenedicate
- Social Scenedicate, is a media who want to contribute to the movement of the independent scene "so called Undergorund" in the homeland, and the city of Bandung in particular. There is no special pattern within the body Social Scendicate, but we try very hard to provide as complete information to a wide audience for our information can be spread evenly.